Ada 3 (tiga) hal yang kami anggap penting dalam bidang aquaculture, yakni :
1. Kualitas Air
2. Pakan
3. Perawatan dan Pemeliharaan
Walaupun ada beberapa hal penting lainnya, diantaranya : kualitas benih dan lingkungan.
1. KUALITAS AIR
Banyak dari para pelaku budidaya perikanan lupa bahwa masalah KUALITAS AIR itu sangat penting (vital). Air (waterbody) harus diupayakan sedemikian rupa untuk menjadi tempat yang paling menyenangkan, sehat dan nyaman untuk aquatic animals tinggal dan berkembang didalamnya.
Untuk melakukan budidaya perikanan; baik budidaya ikan, udang, belut dan sebagainya dengan menggunakan Probiotik Organik MIRACLE GREEN, ada beberapa langkah persyaratan pokok yang wajib dilakukan, antara lain adalah :
a. Konstruksi dan instalasi kolam filter
b. Konstruksi dan instalasi kolam input
c. Konstruksi dan instalasi kolam budidaya
d. Konstruksi dan instalasi kolam sirkulasi
e. Konstruksi dan Instalasi kolam Azolla Microphyla
f. Perlakuan Probiotik Organik - MIRACLE GREEN – pada air
Oleh karenanya perlu persiapan-persiapan yang matang dan terintegrasi , baik secara phisik maupun non phisik yang memadai sebelum benih mulai ditebar.
Pembuatan konstruksi dan instalasi, pemberian pakan dengan nutrisi yang tepat dan seimbang serta perawatan dan pemeliharaan yang memadai merupakan faktor penentu keberhasilan budidaya baik secara kualitas dan maupun kuantitas. Apalagi dengan berbagai batasan yang sudah laksanakan secara nasional dan bahkan secara internasional mengenai kandungan-kandungan berbahaya yang dilarang untuk dikonsumsi manusia, antibiotik dan hormon sintetis, maupun virus yang berbahaya bagi manusia, tidak boleh ada dan terdeteksi dalam kandungan tekstur daging.
Hal ini tentunya tidaklah menjadi mudah dan murah.
Akan tetapi sekali lagi, kami tak henti-hentinya bersyukur atas kemurahan Tuhan, bahwasanya dengan telah disediakannya oleh alam semesta, yaitu bahan-bahan/rempah-rempah asli bumi Nusantara yang murah dan melimpah serta berkhasiat, dan apabila dilakukan dengan kesungguhan hati dan keiklhasan, hasil akan diraih baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Dan karena melimpahnya bahan-bahan asli Nusantara di berbagai tempat dan bahkan sebagian dari bahan-bahan tersebut tidak perlu beli, maka tidak lagi terpancang pada tempat dan situasi tertentu, kegiatan budidaya Probiotik Organik MIRACLE GREEN dapat dilaksanakan di hampir setiap situasi dan kondisi setempat di bumi Nusantara ini, sehingga mahal atau murah menjadi relatif.
Hanya untuk skala tertentu konstruksi dan instalasi yang terintegrasi akan memakan biaya .
Pembuatan konstruksi dan instalasi diatas sangat erat kaitannya dengan tujuan para pelaku aquaculture untuk menentukan output yang diharapkan dari hasil kolam.
Skala besar, menengah dan kecil masing-masing ada perbedaan yaitu mengenai : besar kecilnya lahan yang akan dipakai, lahan pendukung, sumber air yang tersedia, output budidaya yang diharapkan, manajemen, tenaga kerja dan sebagainya.
Besar kecilnya konstruksi dan instalasinya pun beragam, tetapi fungsi dan prinsipnya adalah sama, yaitu antara lain :
a. Konstruksi dan instalasi kolam filter
- Pembuatan chamber pengikat dan penambat
- Pemberian material yang dibutuhkan.
b. Konstruksi dan instalasi kolam input
- Penempatan buffer
- Pemberian material yang diperlukan
- Penggenangan
- Penumbuhan rotifers
- Pemberian pakan untuk rotifers
- Sistem manajemen pengaliran ke kolam-kolam budidaya
c. Konstruksi dan Instalasi Kolam Budidaya
- Pembuatan kolam, kedap, kedalaman yang memadai
- Pembuatan inlet/outlet air.
- Sistem manajemen irigasi air buangan kolam.
- Penggenangan
d. Konstruksi dan Instalasi Kolam Sirkulasi Air Limbah Kolam
- Pembuatan kolam penampungan
- Pembuatan instalasi
- Sistem manajemen irigasi air sirkulasi
e. Konstruksi dan Instalasi kolam Azolla Microphylla
- Membuat kolam untuk menumbuhkan Azolla Microphyla
- Penyesuaian jumlah kolam dengan jumlah kebutuhan pemberian pakan.
f. Perlakukan Probiotik Organik MIRACLE GREEN – Stabilizer Air –
- Penebaran pada kolam input
- Penebaran pada kolam budidaya
- Penebaran pada kolam sirkulasi
2. PAKAN
Budidaya dengan Perlakukan Probiotik Organik MIRACLE GREEN, menghasilkan 3 (tiga) kriteria pakan yang telah dilakukan :
a. Pakan Probiotik Organik Miracle Green.
Pakan ini dibuat dengan bahan-bahan alami yang ada disekitar kita,bahkan bisa ditumbuhkan sendiri, tanpa harus mengeluarkan banyak biaya pembelian dan tanpa harus tergantung pada tersedianya tepung ikan, tepung darah, tepung tulang yang kandungan proteinnya tinggi, akan tetapi dengan proses fermentasi dari bahan-bahan alamiah, seperti : jagung, ubi jalar, tomat, rempah-rempah, dicampur dengan starter Probiotik OrganiK MIRACLE GREEN dan lainnya, dalam waktu tertentu, dalam suatu kontainer yang tertutup, akan muncul maggot dalam jumlah yang cukup signifikan yang kemudian bersama-sama dengan media yang ada, digiling dan dijadikan pellet. Dengan demikian kandungan protein yang dibutuhkan pada pakan terpenuhi dengan munculnya maggot untuk diubah menjadi asam amino pada sistem pencernaan ikan.
b. Azolla Microphylla.
Berdasarkan praktek dan pengamatan kami, bahwa pemberian pakan hijauan berupa AzollaMicrophylla yang tinggi akan kandungan asam amino esensial, yaitu ada 10 jenis, yang terdapat baik pada akar dan daun, merupakan suatu perpaduan antara Pakan Probiotik Organik MIRACLE GREEN dengan Azolla Microphylla yang paling tepat (Match Made In Heaven).
Asam amino esensial sangat dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan dan kesehatan.
c. Pakan alamiah (rotifers) dan nutrisi alamiah yang terlarut dalam air (waterbody) akibat penggunaan Probiotik Organik MIRACLE GREEN.
Pakan ini juga, sekali lagi, berkat kemurahan Tuhan akan muncul dengan jumlah yang cukup banyak sebagai asupan nutrisi bagi ikan. Dengan cara pembuatan yang murah dan mudah, bahan-bahan tersebut setelah diberi larutan Probiotik Organik MIRACLE GREEN, dibenamkan pada kolam input, pada saat tertentu muncullah ragam dan jumlah rotifers dan ragam nutrisi yang sangat berguna bagi kesehatan, kekenyalan dan rasa daging .
Pemberian pakan dengan kombinasi antara Pakan Probiotik Organik MIRACLE GREEN dengan Azolla Microphylla serta ditambah dengan nutrisi yang terlarut dalam air kolam, selain menumbuhkan ikan dengan sehat, tingkat kematian sangat kecil (dibawah 2 %), tekstur dan rasa daging menjadi gurih, selain itu pemberian kombinasi perlakuan pakan ini dapat meminimalkan kerusakan Kualitas Air.
Perlakuan pemberian pakan Probiotik Organik MIRACLE GREEN, dapat diberikan untuk hampir segala hewan budidaya, tentunya tetap menyesuaikan karakteristik dan jenis dari hewan tersebut.
3. PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN.
Sebagaimana seharusnya perawatan dan pemeliharaan dalam budidaya apapun, tidak terkecuali aquaculture, haruslah dilaksanakan dengan kesungguhan hati, dengan respek dan bertanggung jawab serta dengan hati yang tulus ikhlas.
Prinsipnya sama seperti kita merawat anggota keluarga kita sendiri, penuh dengan perhatian dan afeksi, baik dalam cara penyediaan/pembuatan pakan, cara pemberian pakan, pengurangan dan penambahan air, sortir dan sebagainya dilakukan dengan respek dan penuh rasa tanggung jawab.
Penebaran benih dapat dimulai pada kolam-kolam budidaya yang telah diberi Probiotik Organik MIRACLE GREEN, dan setelah airnya berwarna hijau dan mulai tumbuh pakan-pakan alami.
Penambahan aerator untuk memenuhi Oksigen terlarut dibutuhkan.
Selanjutnya pengamatan dan pemeliharaan kualitas air menjadi salah satu fakor penentu dalam aquaculture. Kontrol terhadap tingkat kejenuhan/kerusakan air yang antara lain disebabkan oleh sisa pakan dan kotoran ikan, menentukan waktu pengurangan dan penambahan air kolam.
Pengamatan gerakan ikan, cara ikan berenang, cara ikan makan dan sebagainya, biasanya erat kaitannya dengan kualitas air yang ada.
Lingkungan kolampun mendapat perhatian, tingkat kebisingan, polusi udara dan sebagainya sebisa mungkin dihindari.
Penumbuhan ragam hayati disekitar kolam wajib diadakan (apabila lahan memungkinkan), supaya oksigen pada air permukaan kolam (oksigen layer) yang sehat tersedia dalam jumlah yang cukup.
Alangkah bijaknya apabila penanaman tanaman input ditujukan untuk menghasilkan bahan-bahan yang dipergunakan sebagai bahan baku pakan Probiotik Organik MIRACLE GREEN, seperti misalnya : ubi jalar, tomat, dan sebagainya (sekali lagi apabila lahan memungkinkan), sehingga biaya pembuatan pakan dapat dihemat.
Budidaya dengan menggunakan Probiotik Organik MIRACLE GREEN, mengisyaratkan agar para pelakunya untuk :
- Berjuang segenap hati untuk kemandirian dan penuh dengan rasa tanggung jawab guna menghasilkan output yang berkualitas
- Respek terhadap apa yang sedang dikerjakan dan respek dengan lingkungan sosial
- Respek terhadap air, tanah, atmosfer dan aspek lingkungan hidup lainnya.
Selamat mencoba
Salam sejahtera selalu.
Selamat Datang
SANGKURIANG TASIKMALAYA
berkarya dalam membudidayakan ternak ikan Lele Sangkuriang ber-sertifikat dan melalui metode Sistem Organik untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan bibit lele dan lele konsumsi.
berkarya dalam membudidayakan ternak ikan Lele Sangkuriang ber-sertifikat dan melalui metode Sistem Organik untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan bibit lele dan lele konsumsi.
Lintas info kami
1. Setatus anakan pada waktu pendederan tanggal 27 Januari 2011
sudah mencapai ujuran 3 - 5 cm,
setelah melakukan penyaringan ada 3 kelompok anakan :
kelompok di bawah ukuran ....................< 3 - 5 cm
kelompok sesuai dengan target pembesaran 3 - 5 cm
kelompok diatas ukuran ......................... > 3 - 5 cm
Jumlah anakan kelompok pertama dengan kelompok kedua cukup seimbang
2. Pembesaran anakan yang di tebar tanggal 5 Januari 2011
sebanyak 12.500 ekor terhitung menjadi 4.000 sd 5.000 ekor
setatus sekarang sudah mencapai 12 - 15 cm
namun tingkat kematian terjadi sangat tinggi mencapai 50 %,
hal ini diakibatkan dari bibit anakan yang sakit dalam perjalanan
yang diambil dari Bogor dan Cianjur
namun ada juga pola pemeliharaannya yang salah
3. Kesalahan dalam perawatan ikan dalam bentuk menebar pakan
menyebabkan perkembangan bibit yang tidak rata
walaupun memang setiap pertumbuhan dalam jumlah banyak
tidak bakal seragam semua.
4. Melakukan pemijahan tanggal; 26 Februari 2011 dan cukup berhasil
5. Mulai melakukan pengembangan tahap 2 penyediaan kolam pembesaran
sebanyak 10 kolam dengan masung masung ukuran 4,5 x 9 meter
6. Melakukan percobaan budidaya maggot dan cacing sutra
Tahapan strategis yang harus dilakukan :
1. Penyempurnaan metoda pemeliharaan pendederan dan pembesaran
2. Melakukan seleksi ukuran anakan yang harus diperbanyak frekuensinya
3. Melakukan pencarian alternatif pakan selain pelet untuk pembesaran
sudah mencapai ujuran 3 - 5 cm,
setelah melakukan penyaringan ada 3 kelompok anakan :
kelompok di bawah ukuran ....................< 3 - 5 cm
kelompok sesuai dengan target pembesaran 3 - 5 cm
kelompok diatas ukuran ......................... > 3 - 5 cm
Jumlah anakan kelompok pertama dengan kelompok kedua cukup seimbang
2. Pembesaran anakan yang di tebar tanggal 5 Januari 2011
sebanyak 12.500 ekor terhitung menjadi 4.000 sd 5.000 ekor
setatus sekarang sudah mencapai 12 - 15 cm
namun tingkat kematian terjadi sangat tinggi mencapai 50 %,
hal ini diakibatkan dari bibit anakan yang sakit dalam perjalanan
yang diambil dari Bogor dan Cianjur
namun ada juga pola pemeliharaannya yang salah
3. Kesalahan dalam perawatan ikan dalam bentuk menebar pakan
menyebabkan perkembangan bibit yang tidak rata
walaupun memang setiap pertumbuhan dalam jumlah banyak
tidak bakal seragam semua.
4. Melakukan pemijahan tanggal; 26 Februari 2011 dan cukup berhasil
5. Mulai melakukan pengembangan tahap 2 penyediaan kolam pembesaran
sebanyak 10 kolam dengan masung masung ukuran 4,5 x 9 meter
6. Melakukan percobaan budidaya maggot dan cacing sutra
Tahapan strategis yang harus dilakukan :
1. Penyempurnaan metoda pemeliharaan pendederan dan pembesaran
2. Melakukan seleksi ukuran anakan yang harus diperbanyak frekuensinya
3. Melakukan pencarian alternatif pakan selain pelet untuk pembesaran
BUDIDAYA LELE SANGKURIANG (Clarias sp.)
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.
Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversion Rate).
Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele "Sangkuriang".
Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.
Tujuan pembuatan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik pemeliharaan ikan lele dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka peningkatan produksi Perikanan untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani dan tingkat konsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan diseminasi kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini, diberi nama "Lele Sangkuriang". Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).
Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan diseminasi kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini, diberi nama "Lele Sangkuriang". Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).
Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m - 800 m dpi. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi. Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan budidaya yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang dilakukan Pemda setempat.
Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya.
Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumu (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air yan baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:
- Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.
- pH air yang ideal berkisar antara 6-9.
- Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.
Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau kolam tanah. Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air.
Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian tengah dasar kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke pengeluaran air (monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm.
Sebaiknya pintu pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu pengeluaran dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau tembok yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran. Pada bagian kotak dipasang papan penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya diisi dengan tanah dan satu lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang dikehendaki. Sedangkan pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana, yaitu hanya terdiri dari pipa paralon yang terpasang didasar kolam dibawah pematang dengan bantuan pipa berbentuk "L" mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air kolam.
Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos keluar/masuk.Pelaksanaan Budidaya
Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan adalah tentang kesiapan kolam meliputi:
a. | Persiapan kolam tanah (tradisional) | |
Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor). | ||
Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah pemanenan maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk pemanenan). | ||
Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam. | ||
Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15 gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2. | ||
Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring | ||
Kemudian dilakukan pengisian air kolam. | ||
Kolam dibiarkan selama ± 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan alami. | ||
b. | Persiapan kolam tembok | |
Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen. | ||
c. | Penebaran Benih | |
Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit. | ||
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran 5-8 cm. | ||
d. | Pemberian Pakan | |
Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet. | ||
e. | Pemanenan | |
Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan bobot antara 200 - 250 gram per ekor dengan panjang 15 - 20 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan. Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit. |
Proses Produksi pada kegiatan pembesaran disajikan Tabel 1.
Tabel 1
Proses pembesaran lele Sangkuriang di bak tembok.
Proses pembesaran lele Sangkuriang di bak tembok.
Kriteria | Satuan | Pembesaran | |
Ukuran Tanaman | |||
- | Umur | hari | 40 |
- | panjang | cm | 4 - 8 |
- | bobot | gram | 4- 6 |
Ukuran Panen | |||
- | Umur | hari | 130 |
- | panjang | cm | 15 - 20 |
- | bobot | gram | 125 - 200 |
Sintasan | % | 80-90 | |
Padat Tebar | Ekor/m2 | 50-75 | |
Pakan | |||
- | Tingkat Pemberian | % bobot | 3 |
- | Frekuensi Pemberian | kali/hari | 3 |
Tingkat Konversi Pakan | 0,8 - 1,2 |
Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan. Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp.
Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan pemasangan plastik di sekeliling kolam.
Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.
Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik.
Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara terpisah. Ikan yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan.
- Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
- Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar kolam, kolam dibiarkan sampai tanah kolam retak-retak.
- Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.
- Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
- Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK
- Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik
- Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.
- Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan ikan.
ANALISA USAHA
Pembesaran lele Sangkuriang di bak plastik
Pembesaran lele Sangkuriang di bak plastik
1. | Investasi | ||||||
a. | Sewa lahan 1 tahun @ Rp 1.000.000,- | = | Rp | 1.000.000,- | |||
b. | Bak kayu lapis plastik 3 unit @ Rp 500.000,- | = | Rp | 1.500.000,- | |||
c. | Drum plastik 5 buah @ Rp 150.000,- | = | Rp | 750.000,- | |||
Rp | 3.250.000,- | ||||||
2. | Biaya Tetap | ||||||
a. | Penyusutan lahan Rp 1.000.000,-/1 thn | = | Rp | 1.000.000,- | |||
b. | Penyusutan bak kayu lapis plastik Rp 1.500.000,-/2 thn | = | Rp | 750.000,- | |||
c. | Penyusutan drum plastik Rp 750.000,-/5 thn | = | Rp | 150.000,- | |||
Rp | 1.900.000,- | ||||||
3. | Biaya Variabel | ||||||
a. | Pakan 4800 kg @ Rp 3700 | = | Rp | 17.760.000,- | |||
b. | Benih ukuran 5-8 cm sebanyak 25.263 ekor @ Rp 80,- | = | Rp | 2.021.052,63 | |||
c. | Obat-obatan 6 unit @ Rp 50.000,- | = | Rp | 300.000,- | |||
d. | Alat perikanan 2 paket @ Rp 100.000,- | = | Rp | 200.000,- | |||
e. | Tenaga kerja tetap 12 OB @ Rp 250.000,- | = | Rp | 3.000.000,- | |||
f. | Lain-lain 12 bin @ Rp 100.000,- | = | Rp | 1.200.000,- | |||
Rp | 24.281.052,63 | ||||||
4. | Total Biaya | ||||||
Biaya Tetap + Biaya Variabel | |||||||
= | Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63 | ||||||
= | Rp 26.181.052,63 | ||||||
5. | Produksi lele konsumsi 4800 kg x Rp 6000/kg -Rp 28.800.000, | ||||||
6. | Pendapatan | ||||||
Produksi - (Biaya tetap + Biaya Variabel) | |||||||
= | Rp 28.800.000,- - ( Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63) | ||||||
= | Rp 2.418.947,37 | ||||||
7. | Break Event Point (BEP) | ||||||
Volume produksi | = | 4.396,84 kg | |||||
Harga produksi | = | Rp 5.496,05 |
Sumber :Buku Budidaya Lele Sangkuriang, Dit. Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya
***
***
Cacing Tubifex / Cacing Rambut / Cacing Sutra
Filum : annelid
Kelas : oligochaeta
Ordo : haplotaxida
Bentuk tubuh cacing ini menyerupai rambut dengan panjang badan antara 1-3cm dengan tubuh berwarna merah kecoklatan dengan ruas ruas. Cacing ini hidup dengan membentuk koloni di perairan jernih yang kaya bahan organik. Cacing ini meiliki 57% protein dan 13% lemak dalam tubuhnya.
Cacing sutra merupakan hewan hermaprodit yang berkembang biak lewat telur secara eksternal. Telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah menjadi dua sebelum menetas.
Bahan organik yang baik untuk digunakanoleh cacing sutra adalah campuran antara kotoran kambing, dedak (bekatul) dan lumpur.
Teknik Budidaya Cacing Tubifek
Teknik Budidaya Cacing Tubifek
1. Persiapan Bibit
Bibit bisa dibeli dari toko ikan hias atau diambil dari alam
Note : Sebaiknya bibit cacing di karantina dahulu karena ditakutkan membawa bakteri patogen.
2. Persiapan Media
Media perkembangan dibuat sebagai kubangan lumpur dengan ukuran 1 x 2 meter yang dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran air. Tiap tiap kubangan dibuat petakan petakan kecil ukuran 20 x 20 cm dengan tinggi bedengan atau tanggul 10 cm, antar bedengan diberi lubang dengan diameter 1 cm
1 M x 2M |
3. Pemupukan
Lahan di pupuk dengan dekak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/M2.
4. Fermentasi
Lahan direndam dengan air setinggi 5 cm selama 3-4 hari.
5. Penebaran Bibit
Selama Proses Budidaya lahan dialiri air dengan debit 2 – 5 Liter / detik
6. Pemanenan
Cacing Bisa dipanen setelah 8 – 10 hari.
CARA BUDIDAYA CACING SUTRA
Posted by Lia on Tuesday, January 25, 2011
Bentuk tubuh cacing ini menyerupai rambut dengan panjang badan antara 1-3cm dengan tubuh berwarna merah kecoklatan dengan ruas-ruas. Cacing ini hidup dengan membentuk koloni di perairan jernih yang kaya bahan organik. Cacing ini meiliki 57% protein dan 13% lemak dalam tubuhnya.
Cacing sutra merupakan hewan hermaprodit yang berkembang biak
lewat telur secara eksternal. Telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah
menjadi dua sebelum menetas.
Bahan organik yang baik untuk digunakan oleh cacing sutra adalah
campuran antara kotoran ayam, dedak (bekatul) dan lumpur. Berikut teknik budidaya cacing sutra:
1. Persiapan Bibit
Bibit bisa dibeli dari toko ikan hias atau diambil dari alam
Note: Sebaiknya bibit cacing di karantina dahulu karena ditakutkan
membawa bakteri patogen.
2. Persiapan Media
Media perkembangan dibuat sebagai kubangan lumpur dengan ukuran 1 x 2 meter yang dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran air. Tiap tiap kubangan dibuat petakan petakan kecil ukuran 20 x 20 cm dengan tinggi bedengan atau tanggul 10 cm, antar bedengan diberi lubang dengan diameter 1 cm.
3. Pemupukan
Lahan di pupuk dengan dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/ M2.
4. Fermentasi
Lahan direndam dengan air setinggi 5 cm selama 3-4 hari.
5. Penebaran Bibit
Selama Proses Budidaya lahan dialiri air dengan debit 2-5 Liter / detik
6. Tahapan Kerja Budidaya Cacing Sutra
Cacing sutra atau cacing rambut memang telah sejak lama dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif pakan ikan. Harga jual yang relatif tinggi, membuat bisnis cacing sutra cukup banyak dilirik orang.
Namun sayangnya, tidak banyak orang yang memahami teknis pembudidayaan cacing sutra ini. Berikut tahapan kerja yang harus dilakukan dalam pembudidayaan cacing sutra.
• Lahan uji coba berupa kolam tanah berukuran 8 x 1,5 m dengan kedalaman 30 cm. Dasar kolam uji coba ini hanya diisi dengan sedikit lumpur.
• Apabila matahari cukup terik, jemur kolam minimum sehari. Bersamaan dengan itu, kolam dibersihkan dari rumput atau hewan lain yang berpotensi menjadi hama bagi cacing sutra, seperti keong mas atau kijing.
. Pipa air keluar atau pipa pengeluaran dicek kekuatannya dan pastikan berfungsi dengan baik. Pipa pengeluaran ini sebaiknya terbuat dari bahan paralon berdiameter 2 inci dengan panjang sekitar 15 cm.
. Usai pengeringan dan penjemuran, usahakan kondisi dasar kolam bebas dari bebatuan dan benda-benda keras lainnya.
Hendaknya konstruksi tanah dasar kolam relatif datar atau tidak bergelombang.
. Dasar kolam diisi dengan lumpur halus yang berasal dari saluran atau kolam yang dianggap banyak mengandung bahan organik hingga ketebalan dasar lumpur mencapai 10 cm.
. Tanah dasar yang sudah ditambahi lumpur diratakan, sehingga benar-benar terlihat rata dan tidak terdapat lumpur yang keras.
. Untuk memastikannya, gunakan aliran air sebagai pengukur kedataran permukaan lumpur tersebut. Jika kondisinya benar-benar rata, berarti kedalaman air akan terlihat sama di semua bagian.
. Masukkan kotoran ayam kering sebanyak tiga karung ukuran kemasan pakan ikan, kemudian sebar secara merata dan selanjutnya bisa diaduk-aduk dengan kaki.
. Setelah dianggap datar, genangi kolam tersebut hingga kedalaman air maksimum 5 cm, sesuai panjang pipa pembuangan.
. Pasang atap peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut di kolam.
. Kolam yang sudah tergenang air tersebut dibiarkan selama satu minggu agar gas yang dihasilkan dari kotoran ayam hilang. Cirinya, media sudah tidak beraroma busuk lagi.
. Tebarkan 0,5 liter gumpalan cacing sutra dengan cara menyiramnya terlebih dahulu di dalam baskom agar gumpalannya buyar.
. Cacing sutra yang sudah terurai ini kemudian ditebarkan di kolam budi daya ke seluruh permukaan kolam secara merata.
. Seterusnya atur aliran air dengan pipa paralon berukuran 2/3 inci.
7. Panen
Cacing bisa dipanen setelah 8-10 hari.
Cacing sutra merupakan hewan hermaprodit yang berkembang biak
lewat telur secara eksternal. Telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah
menjadi dua sebelum menetas.
Bahan organik yang baik untuk digunakan oleh cacing sutra adalah
campuran antara kotoran ayam, dedak (bekatul) dan lumpur. Berikut teknik budidaya cacing sutra:
1. Persiapan Bibit
Bibit bisa dibeli dari toko ikan hias atau diambil dari alam
Note: Sebaiknya bibit cacing di karantina dahulu karena ditakutkan
membawa bakteri patogen.
2. Persiapan Media
Media perkembangan dibuat sebagai kubangan lumpur dengan ukuran 1 x 2 meter yang dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran air. Tiap tiap kubangan dibuat petakan petakan kecil ukuran 20 x 20 cm dengan tinggi bedengan atau tanggul 10 cm, antar bedengan diberi lubang dengan diameter 1 cm.
3. Pemupukan
Lahan di pupuk dengan dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/ M2.
4. Fermentasi
Lahan direndam dengan air setinggi 5 cm selama 3-4 hari.
5. Penebaran Bibit
Selama Proses Budidaya lahan dialiri air dengan debit 2-5 Liter / detik
6. Tahapan Kerja Budidaya Cacing Sutra
Cacing sutra atau cacing rambut memang telah sejak lama dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif pakan ikan. Harga jual yang relatif tinggi, membuat bisnis cacing sutra cukup banyak dilirik orang.
Namun sayangnya, tidak banyak orang yang memahami teknis pembudidayaan cacing sutra ini. Berikut tahapan kerja yang harus dilakukan dalam pembudidayaan cacing sutra.
• Lahan uji coba berupa kolam tanah berukuran 8 x 1,5 m dengan kedalaman 30 cm. Dasar kolam uji coba ini hanya diisi dengan sedikit lumpur.
• Apabila matahari cukup terik, jemur kolam minimum sehari. Bersamaan dengan itu, kolam dibersihkan dari rumput atau hewan lain yang berpotensi menjadi hama bagi cacing sutra, seperti keong mas atau kijing.
. Pipa air keluar atau pipa pengeluaran dicek kekuatannya dan pastikan berfungsi dengan baik. Pipa pengeluaran ini sebaiknya terbuat dari bahan paralon berdiameter 2 inci dengan panjang sekitar 15 cm.
. Usai pengeringan dan penjemuran, usahakan kondisi dasar kolam bebas dari bebatuan dan benda-benda keras lainnya.
Hendaknya konstruksi tanah dasar kolam relatif datar atau tidak bergelombang.
. Dasar kolam diisi dengan lumpur halus yang berasal dari saluran atau kolam yang dianggap banyak mengandung bahan organik hingga ketebalan dasar lumpur mencapai 10 cm.
. Tanah dasar yang sudah ditambahi lumpur diratakan, sehingga benar-benar terlihat rata dan tidak terdapat lumpur yang keras.
. Untuk memastikannya, gunakan aliran air sebagai pengukur kedataran permukaan lumpur tersebut. Jika kondisinya benar-benar rata, berarti kedalaman air akan terlihat sama di semua bagian.
. Masukkan kotoran ayam kering sebanyak tiga karung ukuran kemasan pakan ikan, kemudian sebar secara merata dan selanjutnya bisa diaduk-aduk dengan kaki.
. Setelah dianggap datar, genangi kolam tersebut hingga kedalaman air maksimum 5 cm, sesuai panjang pipa pembuangan.
. Pasang atap peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut di kolam.
. Kolam yang sudah tergenang air tersebut dibiarkan selama satu minggu agar gas yang dihasilkan dari kotoran ayam hilang. Cirinya, media sudah tidak beraroma busuk lagi.
. Tebarkan 0,5 liter gumpalan cacing sutra dengan cara menyiramnya terlebih dahulu di dalam baskom agar gumpalannya buyar.
. Cacing sutra yang sudah terurai ini kemudian ditebarkan di kolam budi daya ke seluruh permukaan kolam secara merata.
. Seterusnya atur aliran air dengan pipa paralon berukuran 2/3 inci.
7. Panen
Cacing bisa dipanen setelah 8-10 hari.
Budidaya Maggot (Hermetia illucens)
Pengaruh Beberapa Media Terhadap Pertumbuhan Populasi Maggot
(Hermetia illucens)
Dodi Ahmad Setiawibowo, Dedi Anwar Sipayung,
Handika Gilang Pramana Putra
Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor, Bogor
ABSTRAK
Maggot atau larva black soldier fly merupakan salah satu organisme yang memenuhi persyaratan sebagai pakan alami. Akan tetapi, selama ini budidaya maggot belum berkembang. Praktikum ini bertujuan untuk menguji beberapa nutrient sebagai media budidaya maggot. Media yang digunakan untuk menumbuhkan maggot dalam praktikum ini antara lain bungkil kelapa sawit, dan dedak. Seluruh media ditimbang sebanyak satu kilogram, kemudian ditambahkan air sebanyak 1 liter dan diletakkan dalam ember. Selanjutnya media ditempatkan pada daerah yang diduga terdapat lalat black soldier. Budidaya dilakukan selama 21 hari dengan 2 ulangan, kemudian dilihat produksinya. Dari praktikum ini didapatkan data produksi maggot dengan media bungkil kelapa sawit rata-rata 305,5 gram dan media dedak rata-rata 205 gram. Berdasarkan hasil dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa media kelapa sawit dan dedak berpotensi untuk menjadi media budidaya maggot.
Kata kunci: maggot, tepung bungkil kelapa sawit, dedak, produksi
PENDAHULUAN
Keberhasilan usaha pembenihan umumnya sangat ditentukan oleh penyediaan pakan alami yang sesuai dengan kualitas, kuantitas, dan ketepatan dalam pemberian. Selama ini, sumber protein produk pakan untuk ikan sangat bergantung pada tepung ikan. Padahal harga tepung ikan semakin mahal. Menurut data yang diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan 2006, impor tepung ikan Indonesia mencapai 88.902 ton. Hal ini menunjukkan ketergantungan Indonesia dalam pengadaan bahan pembuat pakan. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain sebagai sumber protein sebagai pengganti tepung ikan.
Maggot atau larva dari lalat black soldier fly (Hermetia illicens) merupakan salah satu alternatif pakan yang memenuhi persyaratan sebagai sumber protein. Murtidjo (2001) menyebutkan bahwa bahan makanan yang mengandung protein kasar lebih dari 19 %, digolongkan sebagai bahan makanan sumber protein. Berdasarkan hasil proksimat maggot yang telah dilakukan, Sugianto (2007) menyebutkan bahwa maggot yang dikultur dengan menggunakan bungkil kelapa sawit terfermentasi memiliki kandungan protein 38,32 %.
Maggot merupakan salah satu jenis pakan alami yang memiliki protein tinggi. Maggot mengandung 41-42% protein kasar, 31-35% ekstrak eter, 14-15% abu, 4.8-5.1% kalsium, dan 0.60-0.63% fosfor dalam bentuk kering (Bondari dan Shepard, 1987). Berdasarkan kandungan protein tersebut, maka maggot layak 2
dijadikan sebagai bahan pakan sumber protein. Hal ini tentunya akan berdampak positif apabila maggot dapat digunakan untuk mensubstitusi penggunaan tepung ikan yang harganya relatif mahal.
Menurut Oliver (2004) larva lalat Black soldier dapat digunakan untuk mengkonversi limbah seperti limbah industri pertanian, peternakan, ataupun kotoran manusia. Atas dasar itulah maka dalam praktikum ini dicobakan beberapa bahan hasil limbah industri pertanian sebagai substrat tempat budidaya maggot.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tepung bungkil kelapa sawit dedak terhadap pertumbuhan populasi maggot (Hermetia illucens). Setelah diketahui media yang baik untuk produksi maggot diharapkan maggot dapat diproduksi secara massal dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan alternatif pengganti tepung ikan sebagai sumber protein pada pakan ikan.
METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan mulai 14 Mei 2008 sampai 4 Juni 2008, bertempat di dekat tempat pembuangan sampah dan hutan, Departeman Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah ember, kawat, bambu, plastik, gunting, freezer, saringan dan timbangan. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah tepung bungkil kelapa sawit, dedak, daun pisang kering, dan air.
Tahapan Kegiatan
Media budidaya sebanyak 1 kg dimasukkan ke dalam ember, ditambahkan air sebanyak 1 liter dan diaduk hingga merata. Media ditutup dengan menggunakan daun pisang yang sudah kering untuk tempat induk menetaskan telurnya dan ember ditutup dengan menggunakan kawat dan plastik untuk menghindari panas dan hujan yang lebat. Ember disimpan ditempat yang tidak terlalu panas dan tempat yang agak lembab serta didiamkan selama 3 minggu. Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali untuk memastikan ada atau tidaknya maggot.
Setelah 3 minggu, dilakukan pemanenan maggot dengan cara ember yang terdapat maggot ditambahkan air kemudian disaring sambil dibilas sampai benar-benar yang tersisa maggotnya saja. Maggot yang telah bersih ditimbang bobotnya dan dimasukkan ke dalam freezer untuk diawetkan/dimatikan. Apabila maggot tersebut akan dibuat pakan buatan maka maggot yang sudah diawetkan/dimatikan dalam freezer dijemur, setelah kering digiling dan dicetak dengan menggunakan mesin pakan. Pellet maggot siap digunakan. 3
HASIL
Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan biomassa maggot yang berbeda-beda pada setiap perlakuan. Biomassa maggot terbanyak dihasilkan dari penggunaan media PKM (Palm Kernel Meal) yang mencapai 581 gram pada Lokasi II.
PEMBAHASAN
Maggot merupakan larva dari Black Soldier Fly (Hermetia illucens). Menurut Oliver (2004) larva lalat Black soldier dapat digunakan untuk mengkonversi limbah seperti limbah industri pertanian, peternakan, ataupun kotoran manusia. Sedangkan DuPonte (2003) menyebutkan bahwa makanan utama dari larva dari lalat ini adalah kotoran ayam dan bahan-bahan organik. Budidaya maggot dapat dilakukan dengan menggunakan bungkil kelapa sawit. Dengan kondisi budidaya seperti ini, didapatkan kandungan nutrisi maggot yaitu 38% protein kasar, 35% lemakr, 9,13% abu, 7,8% air, dan 10,85% serat kasar (Sugianto, 2007).
Dalam siklus hidupnya lalat Hermetia illucens memiliki lima stadia (Diener, 2007). Lima stadia tersebut yaitu fase dewasa, fase telur, fase prepupa, dan fase pupa. Dari ke-lima stadia tersebut stadia prepupa sering digunakan sebagai pakan ikan (Newton, 2005). Siklus hidup dari lalat Hermetia illucens dapat dilihat pada Gambar 1.
Berdasarkan hasil praktikum didapat bahwa sumber nutrien berupa bungkil kelapa sawit dan dedak berhasil dipanen pada hari ke-21 setelah pembuatan media maggot. Maggot yang dipanen pada perlakuan bungkil kelapa sawit memiliki bobot sebesar 581 gr pada lokasi II dan pada lokasi I diperoleh bobot sebesar 30 gr. Adanya perbedaan bobot maggot yang dipanen disebabkan wadah pada lokasi I terendam air hujan. Hal ini mengakibatkan media menjadi terlalu encer sehingga bukan maggot yang tumbuh melainkan larva nyamuk. Namun, perlu juga diperhatikan bahwa seiring dengan berjalannya waktu (bertambahnya hari) bahan organik yang tersedia ada yang sudah selesai dirombak, sedang atau bahkan belum dirombak sama sekali oleh bakteri pengurai sehingga diduga mempengaruhi jumlah makanan larva maggot.
Banyak faktor yang menentukan keberhasilan dalam budidaya maggot. Apabila dianalisa, hal utama yang menentukan ada tidaknya maggot yaitu ada tidaknya lalat black soldier fly (Hermetia illucens) disekitar lokasi kultur. Selain itu, kandungan nutrient dari media juga akan menentukan keberhasilan produksi. Hal ini dapat dilihat dari data hasil praktikum, yaitu bahwa terdapat perbedaan biomassa panen dalam kurun waktu yang sama antara penggunaan tepung bungkil kelapa sawit (PKM) dan dedak sebagai media kultur.
Dalam menumbuhkan pakan alami diperlukan nutrien. Nutrien merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada komposisi biokimia pakan alami (dalam hal ini maggot). Kondisi nutrien yang optimum sangat penting untuk mendapatkan nilai produktivitas maggot yang tinggi disertai dengan kualitas biomassa yang baik. Sumber nutrien yang bisa digunakan untuk menumbuhkan maggot adalah yang banyak mengandung bahan organik yang membusuk termasuk bangkai dan sisa-sisa tumbuhan atau sampah (DuPonte, 2003). Perbedaan biomassa panen yang dihasilkan antara penggunaan Palm Kernel Meal dan dedak diduga karena Palm Kernel Meal memiliki kandungan nutrien yang lebih baik jika dibandingkan dengan dedak. Perbandingan kandungan nutrien Palm Kernel Meal dan dedak dapat dilihat pada Tabel 2.
Sumber : O’Mara et. al. (1999) dan Murni et. al. (2008)
Mau tidaknya black soldier fly (Hermetia illucens) untuk bertelur dalam media juga sangat menentukan keberhasilan produksi. Diduga lalat black soldier fly (Hermetia illucens) hanya menyukai aroma media yang khas sehingga tidak semua media budidaya dijadikan tempat bertelur bagi black soldier fly (Hermetia illucens). Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartoyo dan Sukardi P. (2007) bahwa walaupun kandungan nutrient media cukup bagus namun jika aroma media tidak dapat menarik lalat untuk bersarang maka tidak akan dihasilkan maggot.
Budidaya maggot yang pernah berhasil dilakukan yaitu dengan menggunakan ampas tahu dan campuran ikan asin. Menurut Hartoyo dan Sukardi P. (2007) ikan asin dalam campuran ini berfungsi untuk menarik lalat agar mau bersarang dalam media yang sudah disediakan. Sedangkan ampas tahu dipilih karena selain harganya murah juga dikarenakan kandungan nutrient di dalamnya. Kandungan nutrient ampas tahu yaitu 23,55% protein, 5,54% lemak, 26,92% karbohidrat, 17,03% abu, 16,53% serat kasar, dan 10,43% air (www. Indopos.co.id). Selain itu, Newton et. al. (2005) melaporkan bahwa kotoran babi dapat dijadikan sebagai media kultur. Hal serupa juga telah berhasil dilakukan oleh ARE (2006). Oliver (2004) dalam penelitiannya menggunakan limbah dari restoran sebagai media kultur. Sedangkan Hem et. al. (2008) menggunakan palm kernel meal (PKM) sebagai media pemeliharaannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa media nutrien berupa bungkil kelapa sawit dan dedak dapat digunakan sebagai media untuk budidaya maggot. Pemberian nutrien tersebut berpengaruh terhadap kepadatan popolasi dari maggot. Aroma media diduga mempengaruhi lalat black soldier untuk bertelur.
MAGGOT UNTUK BUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG
Komponen dasar pelet yang digunakan dalam budidaya lele, seperti halnya pakan ikan karnivora, yaitu tepung ikan. Namun demikian, kenaikan biaya tepung ikan, yang menyebabkan meninkatnya harga pakan dan tingginya ongkos produksi lele, memicu pencarian sumber–sumber protein alternatif bagi bahan baku pakan lele. Pakan merupakan variabel tunggal terbesar dalam operasional produksi dan dalam budidaya udang semi-intensif misalnya biaya pakan ini hampir 28% dari total biaya (Treece, 2000).
Pencarian sumber protein alternatif yang dapat memberi performance sebanding dengan tepung ikan perlu terus dilakukan secara kontinyu. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar telah melakukan kajian-kajian terhadap larva maggot, Black Soldier (Hermitia illuciens) sejak tahun 2004 guna mensubstitusi tepung ikan. Maggot adalah sejenis serangga pemakan madu yang mengasilkan larva yang memakan bahan organik. Pemanfaatan larva maggot untuk pakan ikan telah dikaji sbelumnya dalam bentuk utuh dan dalam bentuk formulasi pakan pelet. Hasil kajian menunjukan adanya potensi untuk dikembangakan dan diharapkan dapat menggantikan tepung pelet pada pakan lele (Clarias sp.).
Dari hasil uji laboratorium mengindikasikan adanya konsistensi antara formulasi pakan yang dibuat dalam perekayasaan pelet berbasis maggot tersebut dengan hasil analisa proksimat dari laboratorium nutrisi, hal tersebut bisa dilihat dari tabel 1 dengan tabel 3 dimana didapat hasil yang tidak berbeda nyata yaitu kandungan protein pakan pengujian 29.77 % dalam formulasi awal dan 29.21% hasil laboratorium. Sementara pakan kontrol kandungan proteinnya adalah 30.65% dalam formulasi awal dan 30.34% hasil proksimat laboratorium. Hal tersebut menunjukkan adanya progress yang baik untuk memproduksi pelet berbasis maggot ini secara massal,
Hasil uji lapang penggunaan pakan maggot pada pembesaran Ikan lele yang menggunakan kolam terpal dengan ukuran dan padat penebaran yang sama telah menghasilkan Sintasan (SR) sebesar 92.94% + 0,0 %; dengan konversi pakan FCR 1.18+ 0,1; dan pertumbuhan spesifik SGR 3.90%; sementara hasil uji lapang penggunaan pakan kontrol pada pembesaran Ikan lele yang menggunakan kolam terpal dengan ukuran dan padat penebaran yang sama telah menghasilkan Sintasan (SR) sebesar 88.24%+ 0,1 %; konversi pakan FCR 1.29+ 0,1; pertumbuhan spesifik SGR 3.77%+ 0,0%, dari hasil pengujian tersebut menunjukan pakan maggot layak diproduksi dan digunakan untuk pembudidayaan lele khususnya pembesaran,
Pencarian sumber protein alternatif yang dapat memberi performance sebanding dengan tepung ikan perlu terus dilakukan secara kontinyu. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar telah melakukan kajian-kajian terhadap larva maggot, Black Soldier (Hermitia illuciens) sejak tahun 2004 guna mensubstitusi tepung ikan. Maggot adalah sejenis serangga pemakan madu yang mengasilkan larva yang memakan bahan organik. Pemanfaatan larva maggot untuk pakan ikan telah dikaji sbelumnya dalam bentuk utuh dan dalam bentuk formulasi pakan pelet. Hasil kajian menunjukan adanya potensi untuk dikembangakan dan diharapkan dapat menggantikan tepung pelet pada pakan lele (Clarias sp.).
Dari hasil uji laboratorium mengindikasikan adanya konsistensi antara formulasi pakan yang dibuat dalam perekayasaan pelet berbasis maggot tersebut dengan hasil analisa proksimat dari laboratorium nutrisi, hal tersebut bisa dilihat dari tabel 1 dengan tabel 3 dimana didapat hasil yang tidak berbeda nyata yaitu kandungan protein pakan pengujian 29.77 % dalam formulasi awal dan 29.21% hasil laboratorium. Sementara pakan kontrol kandungan proteinnya adalah 30.65% dalam formulasi awal dan 30.34% hasil proksimat laboratorium. Hal tersebut menunjukkan adanya progress yang baik untuk memproduksi pelet berbasis maggot ini secara massal,
Hasil uji lapang penggunaan pakan maggot pada pembesaran Ikan lele yang menggunakan kolam terpal dengan ukuran dan padat penebaran yang sama telah menghasilkan Sintasan (SR) sebesar 92.94% + 0,0 %; dengan konversi pakan FCR 1.18+ 0,1; dan pertumbuhan spesifik SGR 3.90%; sementara hasil uji lapang penggunaan pakan kontrol pada pembesaran Ikan lele yang menggunakan kolam terpal dengan ukuran dan padat penebaran yang sama telah menghasilkan Sintasan (SR) sebesar 88.24%+ 0,1 %; konversi pakan FCR 1.29+ 0,1; pertumbuhan spesifik SGR 3.77%+ 0,0%, dari hasil pengujian tersebut menunjukan pakan maggot layak diproduksi dan digunakan untuk pembudidayaan lele khususnya pembesaran,
Bisnis Menguntungkan Budi Daya Lele Sangkuriang
Bisnis Budidaya Ikan Air tawar memang memiliki wilayah yang sangat luas. Salah satu Ikan Budi daya air tawar yang cukup memiliki prospek bisnis yang menjanjikan adalah Lele Sangkuriang. Nama Lele Sangkuriang memang belum setenar Ikan Lele Dumbo, namun sebenarnya secara fisik tidak memiliki perbedaan. Sebenarnya Lele Sangkuriang merupakan Strain baru Lele Dumbo yang kehadirannya merupakan upaya memperbaiki produktivitas Lele Dumbo yang dirasakan mengalami penurunan. Lele Sangkuriang merupakan strain baru dari Lele Dumbo yang dikembangkan oleh BBAT Sukabumi sejak beberapa tahun silam. Pengembangan Lele Sangkuriang didasarkan oleh penurunan kualitas Lele Dumbo karena tidak disertai dengan penanganan Induk yang baik di dalam budi dayanya.
Penanganan induk lele dumbo yang tidak baik tersebut antara lain perkawinan sekerabat (inbreeding), penggunaan induk yang berkualitas rendah dan lain-lain. Parameter rendahnya kualitas induk lele dumbo ini diamati dari pematangan gonad, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit lele dan nilai FCR ( Feeding Conversion Rate), atau efisiensi konversi berat makanan menjadi berat tubuh ikan lele dumbo.
Dalam rangka mengembalikan kualitas lele dumbo tersebut BBAT Sukabumi melakukan upaya perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).
Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan diseminasi kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini, diberi nama Lele Sangkuriang.
Seiring dengan meningkatnya permintaan ikan Lele Sangkuriang ukuran konsumsi, ketersediaan benih ikut meningkat pula sehingga diperlukan Budi Daya Benih yang cukup untuk memenuhi permintaan tersebut. Benih yang sudah ditebar pada kolam lumpur/sawah sudah bisa dipanen sebagai benih ukuran 5-7 cm pada usia 30-40 hari.
Pemberian pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet
Penanganan induk lele dumbo yang tidak baik tersebut antara lain perkawinan sekerabat (inbreeding), penggunaan induk yang berkualitas rendah dan lain-lain. Parameter rendahnya kualitas induk lele dumbo ini diamati dari pematangan gonad, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit lele dan nilai FCR ( Feeding Conversion Rate), atau efisiensi konversi berat makanan menjadi berat tubuh ikan lele dumbo.
Dalam rangka mengembalikan kualitas lele dumbo tersebut BBAT Sukabumi melakukan upaya perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).
Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan diseminasi kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini, diberi nama Lele Sangkuriang.
Syarat Tempat Budi Daya Lele Sangkuriang
Budi Daya Ikan Lele Sangkuriang seperti halnya budi daya ikan lele dumbo bisa dilakukan pada kolam semen, kolam lumpur, kolam terpal dan kolam media lainnya yang berada pada areal dengan ketinggian 1 m – 800 m dpi. Sumber air untuk budi daya lele sangkuriang dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yang sudah dikondisikan terlebih dulu. Lele Sangkuriang memiliki kelebihan bisa hidup pada kolam yang memiliki kepadatan cukup tiggi sehingga dapat dibudidayakan dalam pekarangan yang terbatas. Budi daya Lele sangkuriang dalam lahan terbatas biasanya dilakukan dalam skala rumah tangga atau usaha kecil. Dengan modal yang kecil budi daya Lele sangkuriang bisa dilakukan dengan cara seminimal mungkin misalnya kolam dibuat dengan terpal, makanan dicarikan dari sumber makanan alami dan upaya lainnya.Model Bisnis Budi Daya Lele Sangkuriang
Bisnis Budi Daya Lele sangkuriang sebenarnya bisa dilakukan dalam beberapa kegiatan antara lain pembenihan Lele Sangkuriang, Pembesaran Benih dalam beberapa ukuran dan pembesaran Lele Sangkuriang hingga ukuran konsumsi. Model pembenihan memerlukan indukan Lele Sangkuriang yang berkualitas baik dan memiliki genetik yang baik pula. Usia induk Lele Sangkuriang dan kematangan Gonad sangat penting untuk diperhatikan. Setelah menetas idealnya benih lele sangkuriang dipelihara pada kolam lumpur /sawah yang cukup luas dan tersedia pakan alami.Seiring dengan meningkatnya permintaan ikan Lele Sangkuriang ukuran konsumsi, ketersediaan benih ikut meningkat pula sehingga diperlukan Budi Daya Benih yang cukup untuk memenuhi permintaan tersebut. Benih yang sudah ditebar pada kolam lumpur/sawah sudah bisa dipanen sebagai benih ukuran 5-7 cm pada usia 30-40 hari.
Bisnis Budi Daya Lele Sangkuriang Untuk Konsumsi
Konon rasa danging Lele sangkuriang memiliki rasa yang lebih enak dan gurih, tak heran permintaannya semakin banyak. Selain rasa yang enak didukung pula dengan pertumbuhannya yang lebih cepat dari Lele Dumbo. Untuk benih yang ditabur pada ukuran 5-8 cm dalam masa pemeliharaan 130 hari sudah bisa dipanen dalam bobot 200 sampai 250 gr/ekor. Biasanya ada Lele Sangkuriang yang memiliki pertumbuhan lebih cepat dari ikan lainnya, secara berkala misalnya satu bulan sekali, Lele Sangkuriang dipisahkan berdasarkan ukurannya. Hal ini dilakukan agar ikan yang pertumbuhannya lebih lambat tidak kalah dalam bersaing mengkonsumsi makanan. Selain itu ikan yang pertumbuhannya cepat bisa dipanen dalam waktu yang lebih cepat.Pemberian Pakan Lele Sangkuriang
Pada dasarnya Lele Sangkuriang merupakan ikan yang bersifat omnivora.Makanan yang diberikan bisa makanan alami yang bisa diperoleh dari sekitar kolam atau tempat tinggal kita. Pemberian makanan tambahan berupa pellet bisa diberikan jika tidak mau repot mencari makanan alami. Dalam Budi Daya Lele Sangkuriang jumlah besar cara ini lebih praktis dilaksanakan. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Cara menghitungnya dengan mengambil sampel beberapa Lele Sangkuring kemudian ditimbang. Untuk mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi pemberian pakan, makanan dicampurkan dengan probiotik. Menurut pengamatan beberapa petani dan peneliti probiotik mampu meningkatkan efisiensi pencernakan makanan sehingga ikan lele menjadi cepat besar dan bobot bertambah.Pemberian pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet
Panduan Budidaya Lele Sangkuriang
Panduan Budidaya Lele Sangkuriang
Pemeliharaan induk lele sangkuriang di kolam tanah
Pemeliharaan induk lele sangkuriang dilakukan di kolam tanah Caranya :
- siapkan kolam ukuran 50 m2;
- keringkan selama 2 – 4 hari dan perbaiki seluruh bagian kolam;
- isi air setinggi 50 – 70 cm dan alirkan secara kontinyu;
- masukan 300 ekor induk ukuran 0,7 – 1,0 kg;
- beri pakan tambahan berupa pellet khusus lele dumbo sebanyak 3 persen setiap hari.
Pemeliharaan induk lele sangkuriang di bak
Pemeliharaan induk lele sangkuriang juga bisa dilakukan di bak Caranya :
- siapkan bak tembok ukuran panjang 6 m, lebar 4 m dan tinggi 1 m;
- keringkan selama 2 – 4 hari;
- isi air setinggi 80 – 100 cm dan alirkan secara kontinyu;
- masukan 100 ekor induk;
- beri pakan tambahan (pelet) sebanyak 3 persen/hari.
Seleksi induk lele sangkuriang
Seleksi induk lele sangkuriang dilakukan dengan melihat tanda-tanda pada tubuh Caranya :
- surutkan kolam pemeliharaan induk;
- tangkap induk dengan lambit halus;
- tampung dalam ember besar;
- tangkap satu demi satu;
- lihat tanda-tanda pada tubuh
- Tanda induk betina yang matang gonad :
- perut gendut;
- tubuh agak kusam;
- gerakan lamban dan lubang kelamin kemerahan.
- Tanda induk jantan :
- gerakan lincah,
- tubuh memerah dan bercahaya;
- lubang kelamin kemerahan, agak membengkak dan berbintik putih.
Gambar Lele Jantan
Gambar Lele Betina
Gambar lele jantan dan betina
Pemijahan alami lele sangkuriang
Pemijahan alami lele sangkuriang dilakukan dalam bak beton Caranya :
- siapkan bak berukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 0,4 m;
- keringkan selama 2 – 4 hari;
- isi air setinggi 30 cm dan biarkan mengalir selama pemijahan;
- pasang hapa halus sesuai ukuran bak;
- masukan ijuk secukupnya;
- masukan 1 ekor induk betina yang sudah matang gonad pada siang atau sore hari;
- masukan pula 1 ekor induk jantan;
- biarkan memijah;
- esok harinya, tangkap kedua induk dan
- biarkan telur menetas di tempat itu.
Keterangan Gambar Ikan Lele
Berikut beberapa gambar keterangan mengenai lele:
1. Ukuran bibit ikn lele :
2. Bentuk kelamin indukan ikan lele
a. Atas adalah indukan ikan lele jantan
b. Bawah adalah indukan ikan lele betina
3. Bentuk kolam terpal dengan penyangga bambu
Langganan:
Postingan (Atom)